Manusia lahir seorang diri, demikian juga ketika kembali padaNYA nanti. Bukan berarti selama hidup aku juga pengen sendirian saja, tapi, mungkin garis dariNYA atas kesendirian ketika permulaan dan akhir juga bikin aku perlu waktu sendirian ketika menjalani proses. Ketika aku berjalan di antara permulaan menuju akhir ini..
Hari ini, rasanya semua berjalan buruk. Jauh dari ekspektasi. Tapi tunggu, ekspektasi? Sepertinya
aku memang tidak berekspektasi macam apapun mengenai kewajiban-kewajiban perkuliahan yang ada hari ini. Rasanya seperti aku tau bakalan ada yang nggak beres, atau mungkin bahkan nggak ada yang beres. Tapi aku sudah berusaha semampuku, dan jika pada akhirnya tetap nggak beres, aku berjanji sama diriku sendiri. Aku akan memaafkan diriku untuk ketidakberesan itu. Belakangan aku telah memaksa diriku sendiri dengan keras, mengabaikan kebutuhannya untuk beristirahat, tidak menghiraukan kelelahan dan banyak hal yang sebenarnya menjadi hak atas tubuhku ini. Tubuh titipan dariNYA yang semestinya kujaga pemenuhan haknya.
Aku berusaha menghilangkan kebiasaanku yang perfeksionis, ingin semua berjalan sempurna. Terutama untuk hal-hal yang tidak seorang diri kukerjakan. Jujur aku lebih suka mengerjakan sesuatu seorang diri saja. KArena aku tidak perlu repot menyalahkan orang lain, tidak perlu harus menuntut orang lain, tidak perlu kecewa dengan orang lain, dan banyak ketidakperlu-an lainnya yang bisa kuhindari. Aku akan dengan mudah menyalahkan diriku, kecewa dengan diriku, dan tahu harus menyalahkan siapa--AKU atas ketidakberesan yang mungkin terjadi. Semuanya lebih simpel dan sederhana. Sayangnya kesederhanaan itulah yang seringkali tidak kudapatkan.
Puncaknya adalah ketika aku memutuskan untuk sendirian saja sore tadi. Ashar aku sholat di masjid kampus. Nyaris kehilangan jam tangan di sana-- seketika itu juga aku menyadari kalau suasana hatiku benar-benar lagi nggak baik. Semakin bulat niatku untuk pergi ke tempat favoritku itu.
Tempat ini masih sama dengan pohon rindangnya, sepoi anginnya, langit birunya. Kursi-kursinya pun demikian, hanya tata letaknya yang sedikit diubah. Tapi tak masalah. Di sini lah aku bisa sendirian. Ya setidaknya merasa sendirian, karena tanpa ada orang yang kukenal. Tanpa harus menjawab pertanyaan kenapa, apa, dan sebagainya. Ya, aku cuma pengen sendirian.
Dengan conan 64 di tangan, segelas lemon tea, sore, serta mendung, ada sekitar dua jam-an aku habiskan waktu di sana. Nyaman. :)
Ah yaa, terimakasih buat salah satu alasan saya tersenyum sore ini. Terimakasih untuk menerima ketidakmauan-ku bercerita. Terimakasih untuk membiarkan aku sendirian.
Sore ini kamu benar-benar membuat aku tersenyum. Atas caramu menemani dalam satu keterbatasan, jarak. Dan aku bersyukur teknologi telah membuatku bisa membaca barisan alfabet-alfabet itu... :)
Terimakasih membuat saya tersenyum sore ini :)
Kembali pada kesendirian. Ya, memang itu salah satu kebutuhanku. Ketika lelah sudah pada puncaknya. Dan aku bersyukur Allah mempertemukan aku dengan mereka-mereka yang paham tentang kebutuhanku yang satu itu.. :)
At the end of my posting,,
memang ini semua nggak seberapa penting.
posting kok curhat-- padahal itu yg kuhindari tiap posting, sebisa mungkin aku pengen posting sesuatu yg bermanfaat..
Yah, tapi kuselipkan satu harapan untuk siapapun yang membaca posting ini. Untuk mereka-mereka yang mungkin punya temen atau pacar atau siapapun lah, yang karakternya mirip seperti ini. Dengan baca postinganku kali ini, aku berharap, kalian tahu apa yang harus kalian lakuin.
Sekian posting kali ini,, postingan curhat,,
tapi semoga bermanfaat, entah bagaimana caranya :)
Kamis, 27 Oktober 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
curhat is not crime.. ^ ^
BalasHapusSemangat Pagi dan Semangat Sumpah Pemuda
hehehe,, iya siih :p
BalasHapussemangat sumpah pemudaaa :D :D