seperti biasa aku tak sanggup lama-lama menatap ke dalam matanya. ke dalam lautan tenang, yang seperti ada miliaran rahasia tak terjamah di dalamnya. ya, mata ini yang membuatku merasa seperti anak kecil, tak tahu harus bagaimana bertingkah di hadapannya.
aku suka mendengarkan gaya bicaranya yang tenang. suara indah yang membuat alto
atau sopranku yang kejelasannya diragukan ini menemukan sisi lainnya. terbius, kurasa. kepiawaiannya menjaga ketenangan diri, agaknya mampu menahanku yang biasanya meletup-letup. namun ledakan-ledakan kecil dalam hati ini belum menemukan pemadamnya.
aku suka melihatnya bertingkah lucu ketika kebosanan sedang menelusupi hati dan pikirannya. berdiri, duduk, tidur, mengusap wajah, melangkahkan kaki-kakinya. lucu melihatnya seperti itu. rasanya, seperti melihat orang lain. karena sungguh dia nyaris tidak pernah bertingkah konyol. dia begitu dewasa.
dan sekali lagi aku juga suka melihatnya tersenyum. sampai mata lebar itu menyipit. pun melihatnya tertawa, sampai gugusan rahang tegas itu berguncang. tapi tetap saja aku tak pernah berani memandang mata itu lama-lama. takut jika tiba-tiba kedua mata kami bertemu. kemudian aku demikian malu dan ingin menghilang saja rasanya. tapi sayangnya itu juga lumayan sering terjadi. biasanya aku akan berharap saling tatap itu hanyalah suatu kesalahan. dan berharap dia tidak bisa membaca apa yang tersirat dalam susunan iris, pupil, kornea, retina, dan syaraf-syaraf yang terangkum dalam organ bernama mata ini. semoga.
tidak ada kesimpulan dari tulisan ini. aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis, demikian juga tidak ada kesimpulan mengenai apa yang sekarang sedang aku rasakan. hanya bedanya aku tidak merasakan apa yang sedang ingin aku rasakan. tentu saja semua tidak bisa aku rencanakan. yang aku tahu, aku hanya sedang menjalani salah satu episode-Nya. yang ternyata membawa aku dan dia kemudian bertemu, menjadi tokoh yang saling mengenal dalam sebuah cerita.
itu saja dan aku tidak akan berharap. semua ini begitu sederhana dan sungguh aku tidak ingin membuatnya jadi rumit. kira-kira itulah yang aku perjanjikan dengan hatiku sendiri. membiarkan aku merasakan apa yang memang sedang pada waktunya aku rasakan. ini begitu sederhana. sekali lagi, sederhana. :)
aku suka mendengarkan gaya bicaranya yang tenang. suara indah yang membuat alto
atau sopranku yang kejelasannya diragukan ini menemukan sisi lainnya. terbius, kurasa. kepiawaiannya menjaga ketenangan diri, agaknya mampu menahanku yang biasanya meletup-letup. namun ledakan-ledakan kecil dalam hati ini belum menemukan pemadamnya.
aku suka melihatnya bertingkah lucu ketika kebosanan sedang menelusupi hati dan pikirannya. berdiri, duduk, tidur, mengusap wajah, melangkahkan kaki-kakinya. lucu melihatnya seperti itu. rasanya, seperti melihat orang lain. karena sungguh dia nyaris tidak pernah bertingkah konyol. dia begitu dewasa.
dan sekali lagi aku juga suka melihatnya tersenyum. sampai mata lebar itu menyipit. pun melihatnya tertawa, sampai gugusan rahang tegas itu berguncang. tapi tetap saja aku tak pernah berani memandang mata itu lama-lama. takut jika tiba-tiba kedua mata kami bertemu. kemudian aku demikian malu dan ingin menghilang saja rasanya. tapi sayangnya itu juga lumayan sering terjadi. biasanya aku akan berharap saling tatap itu hanyalah suatu kesalahan. dan berharap dia tidak bisa membaca apa yang tersirat dalam susunan iris, pupil, kornea, retina, dan syaraf-syaraf yang terangkum dalam organ bernama mata ini. semoga.
tidak ada kesimpulan dari tulisan ini. aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis, demikian juga tidak ada kesimpulan mengenai apa yang sekarang sedang aku rasakan. hanya bedanya aku tidak merasakan apa yang sedang ingin aku rasakan. tentu saja semua tidak bisa aku rencanakan. yang aku tahu, aku hanya sedang menjalani salah satu episode-Nya. yang ternyata membawa aku dan dia kemudian bertemu, menjadi tokoh yang saling mengenal dalam sebuah cerita.
itu saja dan aku tidak akan berharap. semua ini begitu sederhana dan sungguh aku tidak ingin membuatnya jadi rumit. kira-kira itulah yang aku perjanjikan dengan hatiku sendiri. membiarkan aku merasakan apa yang memang sedang pada waktunya aku rasakan. ini begitu sederhana. sekali lagi, sederhana. :)
Wah.. rangkaian katanya bagus ^_^
BalasHapusIni salah satu gaya bahasa yang saya sukai. Sederhana. Tapi dari hati.
BalasHapusBasith : hehehe,, makasiiih :D
BalasHapusnamara : makasii,,
aku juga suka postingan2nya kakak !
kalo baca, selalu ngerasa ikut ada di dalemnya :D
sesederhana aku membacanya ,,, sesederhana itu juga Tuhan mengijinkan aku mengartikan sendiri siapa yang dimaksud dan yg tersimpan dlm kesederhanaan itu "dia" :)
BalasHapusnice to know that you like my posting :)
BalasHapusenjoy it :D
ini datang dari hati :")
BalasHapussukaaaaa.
hehehe
BalasHapusberarti harusnya judulnya "it comes from my heart" ya ?
hehehe
salam kenal uciel :D