Fika membuka matanya pelan, sinar matahari memberkas menyusupi kamarnya. Hari ini hari Minggu, dan bangun siang adalah salah satu hobinya untuk menghabiskan waktu bersantai seharinya ini. Dikerjap-kerjapkan mata bulatnya, kemudian diliriknya kalender kecil di sisi tempat tidur. Tanggal 27, ada bulatan merah, dan bulatan itu seperti menyadarkannya akan sesuatu. Selimutnya segera disibakkan, rambut Fika masih acak-acakan, tapi itu tetap tak dapat menutupi kecantikannya, bahkan di saat baru bangun tidur seperti ini.
Fika meraih frame foto warna biru muda, ditatapnya gambar seseorang di situ dalam-dalam. Bibirnya tersenyum, tapi sinar matanya seperti menahan perih yang dalam. Perih yang disimpannya sendiri saja. Perih yang ditahannya atas nama cinta.
"Selamat pagi, Derry.. Ini tanggal 27 yang ke tigapuluh, semoga kamu benar-benar pulang.."
Dua tahun lebih Derry meninggalkan Fika, ke pulau terpencil di perbatasan, mengikuti orang tuanya. Tidak tahu kapan kembali, tapi lelaki itu menjanjikan satu waktu.
"Tunggu aku pulang, di tanggal ini, tanggal di mana aku pergi. Aku akan kembali di tanggal ini.."
Masih diingat betul oleh Fika, bagaimana pada saat itu airmatanya tidak berhenti mengalir. Beberapa bulan setelahnya, komunikasi masih berjalan lancar. Sampai suatu saat, di waktu yang tak diingatnya lagi, komunikasi mereka benar-benar terputus. Tidak ada lagi pesan pagi yang membuat Fika tersenyum seharian. Tidak ada juga pesan di malam hari, yang bisa membuat Fika tidur dengan rasa bahagia. Tidak ada lagi, sampai hari ini. Tapi Fika tidak pernah lelah. Setiap tanggal 27, ia selalu mampir ke stasiun, tempat salah satu keretanya membawa sebelah hatinya pergi.
___________________________________________________________________________
Fika memarkir motornya dan masuk ke dalam stasiun. Kemudian sosok lelaki yang amat dikenalnya itu tampak turun dari kereta. Setengah tak percaya, ia menguek-ucek matanya. Tapi, senyumnya yang merekah itu seketika berubah menjadi isak tangis.
Di ujung sana. Derry, dengan seorang wanita yang ia kecup keningnya. Seperti rindu, seperti cinta yang ada di antara mereka. Sementara Fika hanya bisa pulang.. Sendirian..
Sekarang aku tersadar
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu tak cinta lagi
Cinta yang ku tunggu tak kunjung datang
Apalah arti aku menunggu
Bila kamu tak cinta lagi