“Aku capek, Ndra.. Ini, entah sudah yang ke berapa kali. Tadi siang, aku mergokin dia lagi jalan sama cewek. Aku nggak tau cewek itu siapa, aku juga nggak tau cewek itu siapanya dia. Tapi yang jelas mereka mesra banget..”, urai Feli panjang lebar di teras rumahku. Sore tadi dia menelepon, mengabari bahwa dia harus bertemu denganku, hari ini juga. Kebetulan saat itu sedang tidak ada kendaraan nganggur di rumah, jadi Feli memutuskan untuk bertandang saja ke rumahku.
“Terus, kamu nggak nyamperin mereka?”, tanyaku.
“Nyamperin? Terus kalau udah nyamperin aku mau apa? Mau kenalan sama cewek itu?”, sahutnya agak kesal.
“Ya nggak gitu maksudku. Paling nggak, kamu bisa langsung minta penjelasan sama Bona, cewek itu siapanya..”
“Aku males Ndra. Aku takut, Bona ntar ngejawab kalau cewek itu pacarnya. Mau ditaruh di mana mukaku nanti?”
“Ya udah, kalau gitu kamu sekarang telpon Bona, atau ajak ketemu sekalian. Terus, kamu bilang, tadi siang kamu pergokin dia lagi jalan sama cewek. Dari situ kan nanti kamu bisa tau dia jalan sama siapa tadi”, aku berusaha memberi saran. Feli masih saja sama seperti sejak aku mengenalnya. Gadis polos blak-blakan yang suka bingung sendiri dengan apa yang harus dilakukannya ketika meghadapi sebuah masalah.
“Terus, kalau aku dibilang salah lihat, gimana? Aku harus jawab apa? Kalau aku tetep ngotot, terus dia marah, terus aku diputusin? Gimana dong? Aku sayang banget sama dia, Ndra..”, rajuknya.
“Ya terus sekarang mau kamu gimana?”, aku menghela napas panjang. Feli yang seperti ini, yang membuatku terus bertahan berada di sampingnya.
“Nggak tahu..”, katanya pelan. Air mata perlahan mulai membayang bening di mata bulatnya. Aku benci melihat wanita menangis. Terlebih itu Feli.
“Fel, kita ke Cozy Ice, yuk..”
“Ngapain?”
“Ya beli es krim lah, masa mau beli STMJ.. Ayo, aku yang traktir deh..”, aku menjitak kepalanya pelan.
“Beneran yaa? Ayo..”, selengkung senyum tersungging, hingga lesung pipit yang manis itu terlihat. Aku dan Feli masuk ke mobilnya. Aku menyetel radio, dan entah kenapa lagu yang sedang diputar di sana mengingatkanku dengan keadaan hatiku sendiri.
Karena separuh aku, dirimu..
Sepenggal lirik saja dari Noah, dan itu menggambarkan jelas alasan keberadaanku di sebelah Feli sekarang. Ya, aku ini separuh dirinya. Entah aku berguna atau tidak di matanya. Yang jelas, aku hanya ingin berada di dekatnya. Membuatnya tersenyum. Sekalipun nyatanya aku tidak pernah berhasil membuatnya menyadari, bahwa aku, orang yang sedang duduk menemaninya di sini, adalah orang yang akan memberikan apapun untuknya. Apapun.
“Terus, kamu nggak nyamperin mereka?”, tanyaku.
“Nyamperin? Terus kalau udah nyamperin aku mau apa? Mau kenalan sama cewek itu?”, sahutnya agak kesal.
“Ya nggak gitu maksudku. Paling nggak, kamu bisa langsung minta penjelasan sama Bona, cewek itu siapanya..”
“Aku males Ndra. Aku takut, Bona ntar ngejawab kalau cewek itu pacarnya. Mau ditaruh di mana mukaku nanti?”
“Ya udah, kalau gitu kamu sekarang telpon Bona, atau ajak ketemu sekalian. Terus, kamu bilang, tadi siang kamu pergokin dia lagi jalan sama cewek. Dari situ kan nanti kamu bisa tau dia jalan sama siapa tadi”, aku berusaha memberi saran. Feli masih saja sama seperti sejak aku mengenalnya. Gadis polos blak-blakan yang suka bingung sendiri dengan apa yang harus dilakukannya ketika meghadapi sebuah masalah.
“Terus, kalau aku dibilang salah lihat, gimana? Aku harus jawab apa? Kalau aku tetep ngotot, terus dia marah, terus aku diputusin? Gimana dong? Aku sayang banget sama dia, Ndra..”, rajuknya.
“Ya terus sekarang mau kamu gimana?”, aku menghela napas panjang. Feli yang seperti ini, yang membuatku terus bertahan berada di sampingnya.
“Nggak tahu..”, katanya pelan. Air mata perlahan mulai membayang bening di mata bulatnya. Aku benci melihat wanita menangis. Terlebih itu Feli.
“Fel, kita ke Cozy Ice, yuk..”
“Ngapain?”
“Ya beli es krim lah, masa mau beli STMJ.. Ayo, aku yang traktir deh..”, aku menjitak kepalanya pelan.
“Beneran yaa? Ayo..”, selengkung senyum tersungging, hingga lesung pipit yang manis itu terlihat. Aku dan Feli masuk ke mobilnya. Aku menyetel radio, dan entah kenapa lagu yang sedang diputar di sana mengingatkanku dengan keadaan hatiku sendiri.
Karena separuh aku, dirimu..
Sepenggal lirik saja dari Noah, dan itu menggambarkan jelas alasan keberadaanku di sebelah Feli sekarang. Ya, aku ini separuh dirinya. Entah aku berguna atau tidak di matanya. Yang jelas, aku hanya ingin berada di dekatnya. Membuatnya tersenyum. Sekalipun nyatanya aku tidak pernah berhasil membuatnya menyadari, bahwa aku, orang yang sedang duduk menemaninya di sini, adalah orang yang akan memberikan apapun untuknya. Apapun.
wah friendzoned haha :D
BalasHapus#blogwalking http://pencilpyon.blogspot.com/ :D Blognya udah di polow yah hhe
makasi uda baca dan follow..
Hapusi'll visit yours, soon :)