"Si Anya emang udah keterlaluan, Cyn. Masa dia seenaknya aja ngebatalin janji yang udah dia bikin sama gue. Ini udah berkali-kali, bukan sekali-dua kali. Parahnya, gue juga selalu nge-gep-in dia jalan sama cowok pas dia ngebatalin janji sama gue. Gimana gue nggak keki, coba..", Ari menceritakan kelakuan pacarnya dengan berapi-api. Gue yang sedari tadi cuma menjadi pendengar, menyeruput teh sedikit demi sedikit, gue berdoa dalam hati semoga secangkir teh manis ini cukup untuk mendengarkan keluhannya.
"Yaudahlah, ini juga bukan sekali dua kali lo ke rumah gue, ngejelasin panjang lebar kelakuannya Anya. Kalo emang udah keterlaluan dan lo ga bisa kasi toleransi lagi, putusin aja..", kata gue enteng.
"Nggak bisa, Cyn.."
"Kenapa nggak bisa?"
"Mungkin ini yang namanya udah terlanjur sayang sama orang.."
"Ah, dasar norak!", gue tertawa mendengar jawabannya barusan. Atau mungkin juga gue sedang menertawakan diri gue sendiri.
* * *
"Cyndi, akhirnya gue putus sama Anya!"
"Oh ya? Kapan?", bodohnya, mungkin gue nggak sempet menyembunyikan kegembiraan gue demi mendengarkan berita putus itu.
"Kok lo kayaknya girang banget?"
"Hah? Mmm, anu, yaa, kan gue seneng gitu akhirnya lo nggak tersiksa lagi, nggak sering marah-marah lagi gara-gara kelakuannya Anya.. Eh, btw, itu siapa yang di mobil lo?"
"Ooh, gitu. Oh iyaa, nih, kenalin.."
"Tasya.."
"Cyndi.."
"Kenalin, Cyn, dia cewek gue yang baru..."
"Ooohh..."
ku menunggu, ku menunggu kau putus dengan kekasihmu
ban serep yang pertama Anya, ban serep yang kedua Tasha, dan Cyndi jadi ban serep yang keberapa?
BalasHapus