Airin menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong. Ada bekas alur sungai di kanan kiri pipinya. Pipi berlesung yang lembut, yang biasa kukecup dengan sayang di setiap jumpa akhir bulan. Tentu aku selalu menyempatkan waktu untuk menemuinya. Lelaki mana yang sanggup berlama-lama berjauhan dengan perempuan seperti Airin? Airin begitu manis, sederhana, dan lembut. Tidak pernah dia menuntutku macam-macam. Tidak pernah dia merengek dengan keberadaanku yang memang terbatas. Tidak pernah dia menyambutku dengan muka masam. Selalu ada senyum yang tersungging di wajahnya.
Seperti malam ini, aku akhirnya bisa berada di sisinya. Aku duduk di samping tempat tidurnya, aku membelai rambutnya yang terurai panjang. Terakhir kali bertemu, rambut Airin masih sebahu, tapi sekarang sudah hampir sampai punggung. Airin memang cantik.
Aku memastikan diriku tidak tidur malam ini. Tentu saja, malam ini sangat indah. Ada lautan bintang di angkasa, dengan bulan penuh serupa pulau indah di tengah samudra langit yang maha luas. Malam yang sangat terang. Malam di mana aku selalu beruntung bisa menengokmu, walau sesaat, Airin.
Selamat malam Airin, malam ini aku akan menjagamu sepuasku. Aku akan memandangi wajah teduhmu sepanjang malam. Aku akan menebus kesalahanku, pasti akulah penyebab airmatamu yang mengering itu. Aku akan berada di sampingmu, Airin, membelai lembut rambutmu sampai kau tertidur, seperti yang biasa kulakukan untukmu.
Malam yang terang seperti ini. Malam di mana aku diijinkan malaikat untuk menemui Airin, sebelum terang datang pertanda pagi.
inspired by: Daylight-Maroon 5
nice story :)
BalasHapusterimakasih udah mampir dan mbaca.. salam kenal :))
Hapus