Di sudut jalan ini, setahun yang lalu, aku melihat Damar. Itu benar dia, dengan jaket parasut biru tua, jaket yang kuhadiahkan di ulang tahunnya yang ke dua puluh tiga. Harusnya aku bahagia, sampai kutamatkan ternyata di sebelahnya ada seorang perempuan, bergelayut manja.
Barisan kata maaf, sesudahnya. Beribu penyesalah sudah dia ungkapkan. Tak akan lagi mengulang, katanya. Dan aku, Syafa, yang selalu saja pemaaf.
Burung-burung berkicau sore ini, terdengar riang. Aku duduk di salah satu bangku di bawah pohon rindang. Aku mencoba mengenang, mencari-cari satu alasan.
Mengapa aku tidak pernah bisa membencinya?
Syafa, maafin aku. Aku pengen kita balikan.
Aku jelasin semuanya.
Aku tunggu di tempat biasa..
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
I Like It :')
BalasHapusmakasih wulan :D
Hapus