Sejak sebelum berangkat di Jakarta, kami sudah membayangkan pulau Harapan itu adalah pulau yang sepi (at least lebih sepi dari pulau lain yang letaknya lebih dekat dari Jakarta). Kami membayangkan akan berjalan-jalan di pesisir pantai yang sepi pada malam hari. Bahkan kami sudah mendata siapa aja yang bisa bawa senter. Dan jeng-jeeeeeeng ketika malam hari menjelang, yang kami dapatkan adalah.....
Hiruk pikuk keramaian di sana-sini. Hahahaha..
Kami cuma bisa tertawa mendapati kenyataan bahwa senter yang kami bawa akan berada tetap pada tempatnya. Pulau Harapan nggak sepi sama sekali. Setahun yang lalu aku pergi ke pulau Pari dan kondisinya masih sepi, masih ada tuh yang namanya susur pantai di malam hari. Tapi di pulau Harapan malam itu, kami masih saja terpukau oleh kesalah-sangkaan kami, hahaha.
Kami cuma bisa tertawa mendapati kenyataan bahwa senter yang kami bawa akan berada tetap pada tempatnya. Pulau Harapan nggak sepi sama sekali. Setahun yang lalu aku pergi ke pulau Pari dan kondisinya masih sepi, masih ada tuh yang namanya susur pantai di malam hari. Tapi di pulau Harapan malam itu, kami masih saja terpukau oleh kesalah-sangkaan kami, hahaha.
Kami yang baru balik dari perjalanan snorkeling dan berburu sunset, berjalan menyusuri sepanjang dermaga, menuju rumah tempat kami menginap. Di sekeliling benar-benar ramai orang, ramai pedagang. Kamipun menyempatkan beli telor gulung, jajanan semasa SD. Yang paling doyan dan paham sih aku sama Nina (kamipun bertekad untuk nyari telor gulung lagi setelah selesai mandi dan makan malem nanti), yang lain kayak baru pada lihat ada jajanan macam gitu, Setelah habis satu telor gulung masing-masing, kami lanjut pulang. Badan rasanya sudah lengket semua, pengen mandi to the max!
Singkat cerita, selesailah kami mandi dan makan malam. Waktu menunjukkan pukul 20.00 ketika kami memutuskan untuk pergi keluar, menengok suasana malam di Pulau Harapan. Aku dan Nina sempat nengok ke arah bapak penjual telor gulung, udah mau beli tuh, tapi kami urung, masih kenyang, nanti aja pas balik ke rumah baru beli. Kamipun lanjut jalan.
Jadi, di dekat jalanan dermaga, ada satu kawasan semacam taman gitu, yang di salah satu bagiannya dipenuhi dengan warung-warung, dimana warung-warung tersebut (halah bahasa ND banget, haha) menyetel musik yang kenceng-kenceng. Banyak wisatawan yang nongkrong di sana, entah makan-makan, entah ngobrol-ngobrol, atau sekedar main kartu. Setelah melihat-lihat keadaan, akhirnya kami singgah di salah satu warung dan pesan beberapa minuman es kelapa muda. Nggak ngerti mesti ngapain, mas As berinisiatif untuk beli kartu. Jadilah kami main kartu di warung itu, sembari ngabisin minuman masing-masing.
Jalan satu ronde permainan, agak nggak seru juga kalau nggak ada hukuman untuk yang kalah. Awalnya mau coreng muka pakai kopi (tapi kudu beli kopi dong? nggak jadi), mau jepit hidung (nggak ada yang punya jepitan), mau truth or dare (sepertinya masing-masing kami punya banyak rahasia, jadi nggak mau pake model hukuman ini, takut terkuak rahasia masing-masing, haha), sampai akhirnya disepakatilah hukuman sumbat lubang pakai tisu, sesuai dengan properti yang ada. Semua dari kami dapat giliran untuk main. Tapi cuma yang satu ini yang dapat top score!
Puas main, kami akhirnya kembali ke rumah. Nyeseknya, ternyata pak penjual telor gulungnya udah nggak ada. Aku dan Nina nangis dalam hati, nyeseeeel. Yah, tapi mau gimana lagi deh.. :(((
Jam 22.00 malam, kami tenggelam dalam aktivitas masing-masing, ada yang ke pulau mimpi, ada juga yang masih lanjut main kartu. Sampai jumpa esok pagi...
20 September 2015
Jam 07.20
Awalnya sih kami berencana untuk mengabadikan sunrise (padahal nggak tau juga sih mau lihat sunrise di mana, ahaha), tapi yaaah ternyata gagal, karena pada kesiangan. Mengisi waktu sampai jam 11 siang nanti kapal akan membawa kami pulang, mas Yogi ngajakin ke penangkaran penyu. Dia dapat info dari orang sekitar, kalau ada penangkaran penyu di dekat sini. Yasudah, akhirnya kami jalan kaki sama-sama menuju penangkaran penyu..
Ternyata nggak jauh, sekitar 15-20 menit berjalan, kami sampai di tempat penangkaran penyu. Tadaaaa.. :D
Begitu masuk, kami disambut dengan bak-bak warna biru yang isinya anak penyu nan unyu-unyuuu :3 Sayangnya, kata mbak-mbak penjaganya, sekarang lagi bukan musimnya penyu bertelur, jadi kami nggak berkesempatan untuk melihat telur penyu. Bak-bak biru yang jadi tempat berenang anak-anak penyu itu ada beberapa, dan dipisahkan berdasarkan usia penyu-penyunya. Ada dua jenis penyu yang ditangkarin di sini, yaitu penyu sisik dan penyu hijau, Keduanya termasuk jenis yang dilindungi, lho.
Anak-anak penyu semua jenisnya penyu sisik. Nah, kalau yang udah besar-besar, ada penyu hijau-nya..
besar kaaan :3 |
Berkunjung ke penangkaran penyu ini, selain bisa lihat dan pegang anak penyu yang lucu-lucu, kami juga banyak dapat pengetahuan baru soal penyu. Mulai dari gimana cara ngebedain penyu jantan dan betina, masa-masa bertelurnya penyu, sampai cara mengatur proses pengeraman telor penyu biar anaknya nanti jadi jantan atau betina. Keren, deh :D
Sebelum cao dari tempat penangkaran penyu, kami menyempatkan diri untuk foto-foto dulu :D
Keluar dari penangkaran penyu, kami menyempatkan untuk cari satu destinasi lagi lah sebelum balik ke rumah. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke dermaga pulau seberang. Kami berjalan melewati rumah-rumah warga, dan sepanjang perjalanan itu juga aku ngebatin (nggak bakal deh aku hapal jalan pulang kembali ke rumah lagi, hahaha). Beberapa kali kami tanya warga, beberapa kali pula kami mendapatkan petunjuk arah. Walau agak-agak nggak jelas juga sih, sebenernya arah kami jalan juga nggak jelas mau kemana.. :p
Jam 08.17
Setelah berjalan beberapa jauh, kami malah menemui beberapa spot menarik yang sepi orang. Dan rasanya ketika nemuin spot bagus yang sepi kayak gitu tuh, menang!
rapinya mangrove :) |
lautan luas :3 |
poto dulu kitaa :D |
Jam 08.21
Beberapa saat kemudian, sampailah kami di Pulau Kelapa! Pulau Kelapa letaknya di dekat Pulau Harapan, kedua pulau ini dihubungkan dengan semacam jalanan panjang. Kami nggak lanjut jalan sampai di ujung pulau Kelapa nya sih, karena tampaknya cuma ada dermaga di sana. Hehehe
Jatuh cinta banget sama pantulan cahaya keperakan di air lautnya <3 |
semacam gubuk persinggahan yang akhirnya kami pakai nongkrong sejenak :D |
Setelah puas foto-fotoan, sekitar jam 09.00 kami memutuskan untuk balik ke rumah. Di perjalanan balik inilah kami ketemu sama rombongan wisatawan juga yang baru nyampe. Untung aja tadi pas kami nyampai situ masih sepi. Segera kami curiga kalau kami dibuntuti dari tadi, atau jangan-jangan kami dipasangi penyadap? Hahaha, lebay dan GR.. :p
Kami sudah berada di dalam kapal dan duduk lesehan di bawah karena nggak dapat kursi. Aku sempat deg-degan juga sih, takut mabok. Hahaha. Akhirnya sih aku, Nina, sama mbak Titis tidur selama perjalanan. Sementara itu, cowok-cowok masih kuat main kartu pas awal-awal perjalanan. Dan inilah hasilnya..
Sekitar jam 15.00 kami sampai di Pelabuhan Muara Angke. Welcome back to Jakarta, hahaha. Liburan usai, saatnya kembali ke dunia nyata.. :D
Traveling nggak pernah gagal untuk bisa bikin recharge semangat. Dan terutama, recharge rasa syukur pada Sang Maha Kuasa. Rasa syukur atas lensa dan kamera paling canggih yaitu kedua mata kita. Rasa syukur atas kendaraan gratis yang senantiasa melekat yaitu kedua kaki.
Dan bahkan, rasa syukur ketika bisa melihat sabun berbusa lagi dengan air yang nggak semi asin kayak pas di pulau, hehe..
What a very very very very nice short escape from Jakarta! Sampai jumpa di trip-trip selanjutnya..
Last but not least, cintailah pekerjaanmu sebagaimana kau mencintai liburanmu :)
PS:
kontak pak Salim: 087878288711 / 085780035230
untuk total biaya yang kami habiskan, adalah sebagai berikut:
Kapal dari dan ke Muara Angke @50.000 (2x) = 1.000.000
Kamar/rumah menginap = 500.000
Kapal untuk snorkeling = 400.000
Alat snorkeling @35.000 = 350.000
Penangkaran penyu @5.000 = 50.000
Makan 3x tiap orang @75.000 = 750.000
(biaya di atas exclude transportasi meeting point - Muara Angke dan sebaliknya)
ka mau nanya homestay maksimalnya muat untuk berapa orang ya ka? trus kapal buat snorklingnya juga maksimal berapa orang ka? terimakasih
BalasHapusmungkin sampai 15 orang masih muat untuk homestay nya.. kalau kapal buat snorkeling nya sih muat banyaak, waktu itu aku digabung sama rombongan lain sih, mungkin puluhan deh masih muat.. :D
Hapusoh iya kak satu lagi, di home staynya di sediain dapur ga ka? buat masak hehe
Hapusnggak ada, makannya sudah include paket kalau sewa rumahnya itu.. :)
Hapus