Travel is Learning That The Journey is As Memorable As The Destination*
Bahkan, kadang bukan hanya sama memorabelnya, tapi jauh lebih memorabel dari destinasi atau tempat tujuan itu sendiri.
Empat tahun yang lalu, aku dan beberapa teman memutuskan untuk pergi berpetualang ke Pulau Sempu, Malang. Kondisi kami saat itu adalah, belum ada yang pernah ke sana, nekad nggak pakai pemandu, dan musim hujan yang bikin medannya jadi berlumpur luar biasa tinggi. Perjalanan yang kami estimasikan cukup beberapa jam saja, cukup hanya dengan menginap semalam dan pulang besok harinya, berubah menjadi perjalanan yang sangat lama, perjalanan yang memang menjadi salah satu perjalanan yang nggak akan pernah bisa aku lupakan. Singkat cerita, kami berjalan dengan speed yang lambat karena kelelahan dan mencari jalan, kami tidur di bawah pohon di tengah hutan tanpa tenda, beberapa perbekalan dicuri monyet, kami berbagi beberapa mie instan dan air yang sudah luar biasa menipis. Tapi di perjalanan itulah kami menemukan teman-teman sejati yang saling melindungi, menyemangati, dan nggak saling menyalahkan apapun satu sama lain. Waktu itu kami pikir kami aja yang lebay bisa sampai nginep di tengah hutan segala, tapi ternyata, keesokan harinya ketika perjalanan pulang, kami berpapasan dengan rombongan yang senasib dengan kami, nginep dulu di tengah hutan sebelum akhirnya mengecap pesona Segara Anakan. Fiuh, jangan pernah meremehkan apapun ketika akan traveling ya!
Sempu, 2012. |
Sekitar empat bulan yang lalu, aku dan tiga orang teman kantor berangkat untuk menjelajahi Gunung Papandayan di Garut. Berangkat cuma berempat, yang mana dua orang diantaranya masih amatiran soal mendaki gunung. Let's say Papandayan adalah gunung yang sudah ramah pendaki amatir, bahkan pendaki cilik sekalipun, tetaplah bagiku ini perjalanan yang mendebarkan. Kami liburan ala bolang, nggak ikut open trip atau semacamnya. Di trip Papandayan ini, kami dioper-oper angkot, kami sempat bermasalah dengan orang di pasar, kami kehujanan, salah satu tenda kami juga diserang babi hutan. Tapi di perjalanan ini, aku mendapatkan banyak pelajaran. Tentang menaklukkan diri sendiri, menoleransi rasa takut, dan tentang pengalaman pertama mendaki. Selalu ada yang baru di tiap perjalanan yang dilakukan.. :)
Lain lagi dengan setahun yang lalu, aku pergi ke salah satu kota besar di pulau seberang. Aku pergi mengunjungi landmark-landmark di sana, makan makanan khasnya, pergi ke tempat-tempat wisatanya, dan hadir di event membahagiakan salah seorang karib sahabat. Aku pergi ke sana dengan catatan destinasi yang aku kunjungi. But more than that, i went there with a big question in my mind. Pertanyaan yang memang aku perlu sekali jawabannya. Sampai pada akhirnya, rangkaian perjalanan itu memberikan jawaban yang aku butuhkan. Aku belajar berani mencari jawaban, sekalipun hasilnya mungkin jauh dari harapan.
Dan pada akhirnya, destinasi-destinasi yang aku idamkan itu memang akan selalu teringat bagaimana indahnya, akan selalu bisa aku gambarkan bagaimana detil mengagumkannya, akan selalu mampu aku ceritakan lagi dan lagi jika ada yang bertanya.
Tapi, setiap celoteh canda dan obrolan ringan di malam hujan itulah yang bisa membuatku tersenyum ketika mengingatnya. Kesusahan, kesenangan, dinamika dalam perjalanan itulah yang membuatku tidak lelah untuk mengenang. Orang-orang yang menemani dan membuat perjalanan itu lebih dari sekedar liburan biasalah yang akan selalu membuat ingin mengulang semuanya lagi. Semua pelajaran dalam perjalanan itulah yang meninggalkan jejak mendalam di hati, membuat diri ini tidak pernah sama lagi setiap menyelesaikan satu perjalanan baru. Entah itu pemahaman baru, keberanian baru, pengetahuan baru, atau bahkan ketidaktahuan baru.
Belitung, 2016. |
Destinasi akan bertahan dalam setiap foto yang kita abadikan, tapi kisah-kisah dalam perjalananlah yang membuat diri dan hati kita kaya akan rasa.. :)
* Quote Ika Natassa dalam Critical Eleven
mantap berwisata ke belitung.!!
BalasHapusCara Menyembuhkan Perlemakan Hati Secara Alami