Jumat, 25 Oktober 2019

Kompasiana: Ini Rasanya Jadi Jurnalis!

0



Terakhir kali menyentuh platform Kompasiana sekitar empat tahun yang lalu. Sudah lama hanya berkutat di blog pribadi, itupun tak seberapa aktif. Apa excuse-nya? Kesibukan di kantor tentu saja, haha. Lalu apa dong yang bikin aku tiba-tiba mampir lagi dan membuka akunku di Kompasiana?

Jadi beberapa waktu yang lalu, aku iseng mencari namaku di fitur pencarian khusus artikel akademis dan jurnal. Setelah membuka beberapa tautan yang mencantumkan namaku, tapi ternyata bukan aku (maklum, nama pasaran), akhirnya aku menemukan satu jurnal yang ditulis oleh Siswanto, judulnya "Sosok Presiden Ideal dan Tantangan Isu-Isu Global: Menimbang Aspek Kepemimpinan Capres pada Pilpres 2014". Aku telusuri lembar demi lembar, sampai akhirnya aku menemukan namaku tertera di situ. Guess what?! Salah satu artikelku di Kompasiana dijadikan rujukan dalam jurnal itu, judulnya "Kepemimpinan Ideal bagi Indonesia Menurut Ki Hajar Dewantara". What a surprise! Aku nggak nyangka, artikel yang kutulis tujuh tahun lalu itu teryata dijadikan referensi penulisan jurnal.



Jadilah aku kembali menyusuri jejak-jejak artikel yang pernah kuposting di Kompasiana. Kompasianer, itu gelar yang kusandang sebagai kontributor sejak tahun 2012 sampai 2015, tahun dimana artikelku tentang tips menabung untuk para perantau itu menjadi penutup karya-karya tahun sebelumnya. 

Empat tahun absen dari Kompasiana, ternyata sudah banyak yang berubah. Mulai dari segi tata letak, sampai kategori artikel. Masih ingat banget dulu ada kategori "Muda", dan aku paling sering nulis artikel untuk kategori itu. Sekarang kategorinya sudah makin banyak dan beragam, berarti makin banyak juga tema tulisan yang bisa di-explore oleh para Kompasianer. Aku jadi semangat lagi untuk nulis di sana deh, hihi. Ah, memang nggak salah Kompasiana menyematkan tagline #BeyondBlogging, karena memang di platform ini kita bisa dapatkan banyak hal, lebih dari sekedar ngeblog!

Dalam rangka #11TahunKompasiana kali ini, aku mau bikin pengakuan bahwa aku rindu! Ya, aku rindu rasanya melihat artikelku terpampang menjadi headline. Aku rindu perasaan bangga ketika mengetahui bahwa tulisanku dibaca ribuan orang. Aku rindu merasakan menjadi seorang jurnalis yang karyanya tampil di platform berita.

Dear Kompasiana, terima kasih telah menjelma menjadi blog sosial sejak sebelas tahun lalu. Terima kasih telah menjadi wadah untuk menerbitkan karya, berinteraksi dengan para Kompasianer lainnya, dan memberikan rasa baru untuk dunia blogger. Long Live, Kompasiana!

Salam Kompasianer :)


Kamis, 17 Oktober 2019

Menuju Halal : Pilah-Pilih Vendor Pernikahan

3

Menarik waktu kembali ke belakang, beberapa bulan yang lalu ketika tanggal lamaran baru ditetapkan, sekitar akhir tahun 2018. Kami sepakat untuk lamaran tanggal 3 Maret 2019, dan aku mau pernikahan maksimal dilangsungkan 6 bulan setelah acara lamaran, yang berarti mentok bulan September 2019. Minta pendapat keluarga, dan mempertimbangkan permintaan nenekku supaya akad dilaksanakan pas tanggal lahirku, dipilihlah tanggal 21 September 2019 sebagai tanggal akad nikah.

Udah banyak temen yang ngingetin kalau bikin acara nikahan di Jakarta harus cepet-cepet cari vendor, utamanya soal gedung, karena saking ramainya dan rebutan, biasanya udah mulai booking gedung dari setahun sebelumnya. Jadilah bahkan sebelum lamaran, aku udah mulai browsing-browsing soal gedung dan katering. Dua hal itu menurutku komponen inti banget untuk acara nikahan, jadi aku prioritaskan dulu. Kalau soal undangan, suvenir, dan printilan lain malah belum terlalu khawatir, tapi untuk jaga-jaga yaa aku kadang iseng cari-cari juga lewat instagram.

Era sosmed benar-benar membantu banget gengs. Kalo dibuat persentase, kayaknya 80% informasi vendor tuh aku dapat dari instagram, jadi jangan capek dan bosen scroll-scroll ya, wkwkwk. Oiya, yang nggak kalah penting, cari juga blog atau postingan yang isinya pengalaman nyiapin acara nikahan, ini juga sangat membantu untuk nambah-nambah referensi, syukur-syukur kalau ada review-nya juga.

Okedeh tanpa berpanjang lebar lagi, ini dia vendor yang aku pakai untuk acara nikahan bulan Juli kemarin. Loh kok jadi Juli? Iya, karena berbagai alasan, terutama faktor kesehatan orang tua, nikahan aku dimajukan jadi bulan Juli. Total persiapan untuk acara akad dan resepsi cuma sekitar 2 bulan. Alhamdulillah semua lancar :D

1. Gedung
Setelah beberapa kali browsing, tanya-tanya kontak gedung, dan survei langsung, pilihan jatuh ke Aula Sarbini Taman Wiladatika, Cibubur. Kenapa pilih di sini? Pertama karena lokasinya dekat dengan rumah keluarga aku, dan posisi dia nggak jauh dari pintu tol, jadi relatif lebih mudah dicari. Untuk ukurannya, cukup untuk 300 undangan alias 600 orang. Biaya sewa under 10 juta (belum termasuk charge). Aku sarankan langsung ke sana aja, ke kantor pemasarannya, biar bisa langsung ngobrol sama marketingnya, termasuk soal booking tanggal dan referensi katering rekanan. Biaya booking tanggal nggak mahal kok, aku kemarin 2 juta aja. Oh iya, di sini juga banyak guesthouse dan kamar-kamar yang disewakan ya, jadi kalau kalian ada saudara dari luar kota, nggak perlu susah nyari penginapan yang jauh.

2. Undangan
Aku udah rajin browsing undangan bahkan sejak sebelum lamaran, hahaha. Dari awal aku udah pengen undangan yang bernuansa vintage dan simpel gitu. Setelah follow beberapa akun ig, akhirnya pilihan jatuh pada akun @separopicture. Desain undangannya unik-unik, harga terjangkau, dan adminnya baik banget. Di kala aku nyaris jadi bridezilla, adminnya sabar banget tiap aku nanya-nanya progress pengerjaan undangan udah sampai mana. Mereka juga langsung solutif ngubah pesananku jadi order prioritas pas ada perubahan tanggal nikah yang awalnya September jadi Juli. Salut, doi bisa menyelesaikan undangan sebanyak 300 pcs bahkan lebih cepat dari waktu yang mereka janjikan. Dan jelas, undangannya aku suka banget, sesuai ekspektasi, temen-temenku juga pada suka :D

3. Suvenir
Sejak awal, yang kumau adalah suvenir yang usefull, misal pouch. Hampir sama kayak undangan, aku udah searching dari jauh hari. Setelah membandingkan satu akun dengan akun yang lain, satu bentuk dengan bentuk yang lain, akhirnya aku mutusin order suvenir di akun @nguliksouvenir. Desain aku modifikasi dari browsing dan tambahin detailnya sendiri. Aku mau gambarnya kapal, tempat dimana aku dan suami pertama kali ketemu.. eaaa.. Sebelas dua belas sama vendor undangan, adminnya juga baik dan sabar banget. Aku tanya-tanyain mulu pengerjaan suvenirnya udah sampai mana, aku ingetin lagi dan lagi kalau waktu udah mepet, tapi ga pernah sekalipun marah. Yang lebih mengherankan, suvenir udah dikirim duluan baru minta pelunasan, huhu ku terharu banget.

4. Sanggar Rias (Make up dan attire)
Setelah fix pilih katering rekanan gedung, aku ditawari 2 pilihan sanggar rias (rekomendasi dari kateringnya). Mempertimbangkan bahwa Sanggar Tiara yang udah lebih sering kerja sama dengan katering ini, akhirnya aku pilih sanggar Tiara aja. Bulan Juni aku sowan ke sanggarnya untuk lihat-lihat sekaligus langsung pilih baju dan fitting. Mereka punya banyak koleksi, jangan khawatir. Terus juga mengakomodasi keinginan kita banget, misal mau kerudungnya dibentuk syar'i, mau bajunya agak dilonggarin, dll. Juli awal langsung fitting akhir, dan tanggal 28 Juli dipakai deh pas resepsi. Super kilat? Pastinya, wkwkwk. Akupun udah nggak ada waktu untuk trial make up, udahlah pasrah aja sama periasnya. Alhamdulillah make up pas hari H bagus dan aku suka banget, temen-temen juga pada bilang manglingi, hehe.

5. Katering
Daaan tibalah gongnya, katering! Aku juga udah rajin nyari info katering sejak sebelum lamaran. Iseng aja gitu kontak katering, minta info paketannya. Terus dibandingin satu sama lain. Pada akhirnya, aku ambil katering rekanan gedung (psst bisa ngurangin charge juga lho kalo pake rekanan, hehe). Manna Cipta Rasa Katering (cek ig nya di @mannaciptarasa), kupasrahkan hari H resepsi padanya. Jadi katering ini udah langsung sepaket semua, mulai makanan, rias+baju (pake sanggar rekanan dia, Sanggar Tiara), mc, dokumentasi, dan dekorasi.
Alhamdulillah pilihan yang tepat karena semuanya memuaskan sekali. Makanan enak banget dan banyak porsinya, selesai acara masih banyak banget makanan yang kami bawa pulang, hehehe. Temen-temen juga pada bilang makanannya enak-enak, sampe nambah. Dekorasi pas sesuai keinginan, mereka punya banyak referensi. Dokumentasi apalagi, dapet albumnyaa bagus banget, dan 1 foto yang dicetak super gede plus bingkainya.

Yaaaps, itulah vendor-vendor yang mendukung acara resepsi aku beberapa bulan yang lalu. Alhamdulillah dipertemukan dengan vendor yang baik dan amanah semuanya. Oh iya, aku ada tips buat kalian yang mau nyiapin acara pernikahan nih:

1. Cari info sejak jauh hari, karena beberapa vendor ada ngasih promo di jangka waktu tertentu. Misal kalau udah booking bulan September, walau acara masih tahun depan, masih kena harga tahun ini, alias nggak kena harga baru yang udah naik.

2. Tanyalah sedetail mungkin ke vendor, nggak perlu takut dibilang cerewet. Kalau mereka baik, pasti nggak keberatan punya klien sebawel apapun, haha.

3. Jangan malas bikin perbandingan alternatif vendor. Aku kemarin bikin excel perbandingan, misal untuk katering, itu aku bikin kolom2, kalau vendor A harga sekian dapet apa aja. Untuk vendor suvenir malah lebih detail, vendor B untuk harga sekian dia ukuran pouchnya berapa, bahannya apa. Detail banget kaaan, thanks to jiwa perfeksionisku dah.

4. Last but not least, jangan lupa selalu ngobrol dan pertimbangin segala sesuatu dengan pasangan dan keluarga yaa :)

Okeeey, semoga postingan ini cukup membantu kegalauan kalian yang lagi nyiapin hari bahagia ya. Semoga lancar segala persiapannya, rukun dan bae-bae sama calon (biasanya bakal sering berantem kalo deket hari H), semangat memberikan yang terbaik untuk hari baiknya nanti :)

Rabu, 09 Oktober 2019

Honeymoon Trip: Magelang dan Jogjakarta

0

Sekitar satu bulan sebelum acara nikah, Malang resmi kami coret untuk tujuan honeymoon. Padahal aku juga udah nyusun itinerary dll nya. Tapi yaudah, jadwal cuti dan pindahan kos memang nggak memungkinkan, yah memang belum berjodoh sama Bromo, jadi kami memutuskan untuk pilih destinasi yang relatif lebih dekat. Aku pilih Jogja (kota favorit) dan Magelang untuk trip kali ini. Mau napak tilas adegan-adegan di AADC 2, hahaa.

Daftar tempat wisata, pembagian hari, tempat nginap dll-nya aku yang urus, biar sesuai sama kemauanku, hehee. Memang nggak sempat bikin itin yang detail banget kayak pas mau ke Malang, karena keterbatasan waktu. Tapi at least udah tahu mau kemana aja dan ngapain aja. Satu hari setelah resepsi, hari Senin tanggal 29 Juli 2019, honeymoon trip kami dimulaaaaiii :D

Senin, 29 Juli 2019

Kereta kami berangkat jam 21.30 di stasiun Senen. Karena aku belum sempat packing untuk liburan, jadi dari rumah Om di Cibubur, kami mampir dulu ke kosanku untuk packing sejak siang hari. Sekitar jam 7 malam, berangkatlah ke stasiun dan langsung cari makan untuk ganjal perut biar nggak rewel selama sekitar 7 jam perjalanan ke Jogja. Setelah isi perut, kami cabs ke peron dan naik kereta. Tepat waktu, malam itu kereta meluncur menuju destinasi favorit sepanjang masa: Jogjakarta :)

Selasa, 30 Juli 2019

Selasa pagi, kereta kami berhenti di Stasiun Tugu yang saat ini sudah disebut Stasiun Yogyakarta. Dari sana, kami jalan menuju pintu keluar, dan menikmati Jalan Malioboro yang lebih sepi dari biasanya. Selain masih pagi, yaiyalah sepi, kan lagi hari kerja, wkwkk. Kebetulan doi udah lamaaaaa banget nggak ke Jogja. Beda sama aku yang tiap tahun hampir nggak pernah absen untuk main-main ke kota ini. Jadilah kami foto-foto melulu. Puas foto-foto, perut mulai kerucukan, akhirnya kamipun mencari makanan yang pas untuk disantap pagi-pagi. Setelah melewati beberapa stand makanan, pilihan jatuh pada soto ayam kampung yang nikmat, dekat Malioboro Mall.


Kenyang makan soto, kami lanjut ke agenda selanjutnya. Maunya aku ajak suami ke Beneng Vrederburg, tapi doi ngga mau, akhirnya kami cuma foto-foto di depannya. Karena waktu check in hotel masih lama, kami mutusin untuk ngurus ATM suami dulu. Yap, ATM doi ketelen pas sebelum resepsi, jadi yaudah lah mumpung ada kantor Bank B** di Malioboro, sekalian aja ngurus ATM. Tapi ganti ATM ngga semudah itu ferguso, kami harus ngurus surat kehilangan dulu. Jalanlah kami dengan nggeret koper dan memanggul keril, kami ke kantor polisi terdekat yang ternyata nggak dekat-dekat amat, hahaha. Sekitar jam setengah 10, kami selesai ngurus ATM, dan langsung menuju halte bus transjogja terdekat. Loh mau kemana? Mau ke Magelang :D

Jadi gini, rencananya kami akan menginap di Magelang 2 malam, baru nanti hari Kami balik ke Jogja dan menginap semalam aja. Kenapa naik transjogja? Biar seru lah semi backpacking gitu, hehee. Pertama kami naik bus transjogja nomor 8 sampai halte Ngabean, lalu transit naik transjogja nomor 9 menuju terminal Jombor. Nanti kami akan naik bus jurusan Borobudur dari sana. Tarif transjogja nggak banyak berubah, cukup Rp 3.500 aja udah bisa kemana-mana, asal nggak keluar dari halte.

naik transjogjaa
Sesampainya di terminal Jombor, kami langsung menuju bus jurusan terminal Borobudur, karena penginapan yang kami booking memang letaknya persis di sebelah Candi Borobudur.


Bus jurusan Borobudur ini memang nggak senyaman bus transjogja, tapi ya gimana lagi, adanya ini. Tanpa AC, dan jarak antar tempat duduknya sempit banget, akhirnya dengan barang yang bejibun itu kami pilih duduk di bangku paling belakang. Perjalanan menuju Borobudur ditempuh dalam waktu sekitar satu jam. Sampai di terminal Borobudur, kami lanjut naik becak menuju penginapan pertama: Cempaka Guesthouse Borobudur. Seperti namanya, penginapan ini lokasinya persis di sebelah candi megah yang sudah terkenal di seantero dunia. Masuk sedikit lewat gang sempit dari pinggir jalan, dan taraaaaaa sampai deh..
kamar kami ada di sebelah kiri
Sampai di penginapan, yang pertama ada di pikiranku adalah: hmmm sesuai ekspektasi. Memang sengaja cari penginapan yang tenang dan nyaman. Ternyata sih bonus lumayan instagramable, tapi waktu itu lagi males foto-foto, hahaha. Cempaka guesthouse ini hanya punya beberapa kamar, kalau nggak salah hitung sih mungkin nggak sampai sepuluh kamar. Kami pesan Deluxe Room, dengan ukuran kamar yang luasnya cukup lah untuk 2 orang. Fasilitas ada heater, kopi teh dkk, lemari tempat nggantung baju, ada tv juga, wifi, toiletries lengkap. Nilai plus banget kamar mandinya yang super nyaman dengan bathtub yang bikin betah berendem lama-lama. Lagi-lagi nggak aku foto, hehe, coba browse aja langsung ya : Cempaka Guesthouse Borobudur. Oh iya, di sini juga nyediain jasa sewa motor lho, jadi kami nggak perlu bingung nyari persewaan motor. Sehari biayanya Rp90.000, di luar bensin.

Hari pertama ini sebenernya kami punya banyak rencana. Sore mau ke Borobudur, lalu jalan-jalan di sekitar. Yak, tapi rencana tinggal rencana, kami lelah dan lebih memilih untuk leyeh-leyeh aja sambil beli makanan untuk ganjal perut. Literally leyeh-leyeh, tidur siang, bangun-bangun udah hampir jam 5, haha parah. Akhirnya sekitar abis maghrib kami mulai lapar dan memutuskan untuk jalan ke luar nyari makan. Beneran jalan kaki nih, karena motor baru mulai disewa besok paginya, untuk pergi ke Air Terjun.

Jalan kaki sekitar jam 7 malam, ternyata udah lumayan sepi, ngga kayak di Jakarta (yaiyalah). Warung-warung di pinggir jalan udah pada tutup, sampai akhirnya kami lihat ada warung yang masih menyala lampunya, walau bapak pemilik warung kayaknya lagi beberes mau tutup, wkwkwk. Akhirnya kami makan di sana, saya pesan bakmie godhog, Rizki pesan bakso pakai nasi. Rasanya not bad, apalagi bapak dan ibunya melayani dengan super baik. Selesai makan, kami ngobrol-ngobrol sama ibu pemilik warung sekalian bayar, kami pun nanya dimana ATM terdekat. Sebenernya nggak jauh, tapi kalau jalan ya capek, mbak, itu yang dibilang si Ibu. Di luar dugaan, kami dipinjami motor, dong. Huhuu terharuuuu. Akupun nitipin KTP sebagai jaminan, ga tega si Ibu baik banget <3

Hari pertama di Magelang kami tutup dengan urusan per-ATM-an, makan, dan leyeh-leyeh, belum satupun destinasi yang kami kunjungi. Yah nggakpapa, namanya juga honeymoon, yang penting quality time berdua :)

Rabu, 31 Juli 2019


Sebelum berangkat jalan-jalan, kami sarapan dulu. Untuk sarapan, kami ditanya sehari sebelumnya, mau sarapan ala indo atau ala western. Kalau western ya pakai sandwich gitu deh. Karena perut orang indo, yaudahlah pesen sarapan ala indo aja, alias nasi goreng, wkwkk. Surprisingly, it tasted gooood. Nasi goreng yang dimasak bersama potongan wortel dan buncis. Nyaaammm..


Destinasi pertama adalah Air Terjun Kedung Kayang yang lagi hits di medsos. Seperti di foto, kami berangkat ngga pagi-pagi amat, tapi masih lumayan teduh di sana. Sepanjang perjalanan mata dimanjain sama pemandangan sawah, Gunung Merapi dan Merbabu di kanan-kiri, serta hawa sejuk yang makin lama makin berasa dingin. Perlu waktu sekitar satu jam untuk sampai ke air terjun ini. Sampai di tempat wisata, setelah parkir motor, kami masih harus jalan sedikit sekitar 15 menit. Sempat berunding untuk ke bawah air terjun atau cukup lihat dari atas aja. Tapi mengingat kami nggak bawa baju ganti untuk basah-basahan, yaudah deh cukup dari atas aja, foto-foto.

Sampai di spot foto, ada 2 spot yang sudah nggak asing lagi kalau kita jumpai foto air terjun ini di medsos. Dan memang masyaallah yaaa pemandangannya emang relaxing banget...

ku lupa ini Merbabu atau Merapi, wkwk
pemandangan air terjun dari atas
berdua <3
baguuus pemandangannya, sukaa


Matahari lumayan terik, tapi anginnya dingin. Hawa begini nih yang biasanya bikin kulit gosong, wkwkwk. Setelah puas foto-foto, kamipun jalan balik. Tapi demi lihat mushola dan warung, akhirnya kami pesen mie instan dulu, sholat, baru deh lanjut ke destinasi berikutnya. Awalnya mau memperbanyak stok foto ig di Pinusan Kragilan. Tapi doi seperti kurang berminat. Akhirnya kami memutuskan untuk capcus ke air terjun lagi. Kali ini namanya air terjun Grenjengan Kembar.

Hampir satu jam perjalanan menuju air terjun ke dua di perjalanan kami ini, setelah sempat tergoda mampir ke hutan pinus tempat selfie, melewati rumah-rumah penduduk, sampai akhirnya menemukan plang petunjuk nama air terjun, aku mulai ragu. Rizki tetep yakin untuk lanjutin perjalanan dengan naik motor, walau jalanannya sempit banget dan masuk hutan gitu. Gmaps juga sudah ngga begitu membantu. Tapi yaudah kami tetap maju. Ada beberapa spot selfie tapi kok sepi banget dan berdebu, kayak udah lama banget nggak dikunjungi. Perasaanku nggak enak, tapi suami masih yakin. Kami ngelewatin jembatan kayu yang hiasan-hiasannya udah lusuh, aku udah nyaranin balik aja, tapi nanggung katanya.

Sampai di satu titik yang doi yakin motor bakal susah ngelaluinnya, aku turun dan jalan beberapa meter ke depan. Cek sama foto yang ku browsing di sosmed, lalu sampailah pada satu kesimpulan:

Air terjunnya kering, lagi kemarau :(

itu turun lagi beberapa meter, tapi karena surut, ya ngga ada pemandangan apa2, hiks
Kecewa sih, tapi yaudah lah. Akhirnya kami balik lagi menuju penginapan. Lihat waktunya dulu, kalau masih cukup, maunya mampir ke hutan pinus (teteeeeup). Sampai Ketep Pass, sekitar setengah 3 sore dan akhirnya kami mesti realistis kalau nggak mungkin mampir ke mana-mana lagi karena sore nanti kami mau ke Borobudur nikmatin sunset. Kamipun pilih untuk nongkrong makan mendoan di salah satu warung yang berjajar di seberang Ketep Pass.

ngemil with the view...
Jam 3an, kami cabs pulang ke penginapan. Perjalanan sekitar satu jam sampai penginapan, lalu kami sholat ashar dan leyeh-leyeh sebentar. Jam setengah 5an, kami berangkat ke Borobudur yang cuma sepelemparan batu dari tempat kami. Belajar dari pertama kali aku ke Borobudur, siang hari, puanas banget. Dan memang sore hari adalah waktu yang tepat untuk mengunjungi Borobudur. Suasana udah adem, nggak terlalu ramai orang, dan yaaa, view sunsetnya memang menjanjikan :)

bapak satpamnya rada ganggu pemandangan -_-
pict by me :p


Sunset di Borobudur mengingatkan aku pada momen nonton sunset di Candi Ratu Boko. Nggak bisa nyari sunset di pantai, di candi pun jadi, wkwk. Cuman ya emang kudu pinter-pinter nyari spot untuk foto (spot instagramable maksudnya). Kalo cuman sekedar pengen duduk-duduk nikmatin sunset sih banyak spot yang bisa ditempati. Kami nggak bisa terlalu lama di sini, karena jam 17.15 udah diumumin untuk segera turun dan capcus dari area candi.

Namanya area candi, pasti dikelilingi taman yang luaaaas. Setelah kaki lumayan lelah, sampai juga di gerbang keluar. Kamipun segera ambil motor di parkiran, lalu mengisi perut di warung bakso di sekitaran Borobudur. Baksonya lumayan enak, cuma sayangnya aku lupa namanya apa, hehe. Yak, petualangan hari ini ditutup dengan sunset yang indah. Besok, rencananya kami akan berburu sunrise di Punthuk Setumbu yang berdasarkan Gmaps jaraknya cuma 15 menit dari penginapan. See you tomorrow :D

Kamis, 1 Agustus 2019

Awalnya kami bimbang mau berangkat jam berapa ke Punthuk Setumbu. Mau berangkat setelah subuh, takutnya udah ketinggalan sunrisenya. Tapi mau berangkat sebelum subuh juga takutnya tempat sholat di sananya ngga nyaman. Akhirnya setelah mempertimbangkan ini itu, kami tetap sholat subuh dulu, baru deh berangkat.


Benar aja, sekitar jam setengah 6an kami udah sampai di lokasi. Setelah parkir motor, kami lanjut ke tempat berburu sunrise-nya. Jadi kami harus menyusuri tangga untuk sampai ke teras pandangnya. Tenang, nggak begitu menanjak, dan nggak begitu jauh juga, jadi bisa dinikmati lah perjalanannya. Kalau mau beli cemilan atau minuman juga bisa beli di warung-warung yang berjejeran di pinggir jalur tangga. Oh iya ternyata di sini ada mushola-nya, mungkin memfasilitasi pengunjung yang dari jauh ya, yang nggak sempat sholat subuh dulu.

Menurutku pribadi, pemandangan yang lebih magis dan menarik malah bukan sunrise-nya, tapi pemandangan Borobudur yang tertutup kabut pagi.



suka banget sama berkas matahari menembus awan
Selesai menikmati view dan sejuknya Punthuk Setumbu, kami pun kembali ke penginapan untuk sarapan, bebersih, dan siap-siap untuk check out cabs ke Jogja. Nggak naik becak seperti awal kedatangan kami di Magelang, kali ini kami pesan ojek online. Sempat mempertimbangkan nerus aja sampai Jogja sekalian, tapi naik bis memang pilihan yang lebih ekonomis, wkwkwk. Akhirnya kami turun terminal Borobudur dan naik bis sampai terminal Jombor. Sampai di Jombor udah siang banget dan panas, tak sanggup lagi naik transjogja, maka ojol kembali jadi pilihan. Sekitar jam 4 sore, kami sampai ke penginapan yang letaknya di sekitaran Malioboro. Terfavorit, nginap dekat Malioboro itu emang strategis banget karena kemana-mana deket. Mau belanja deket, mau ke stasiun deket, mau cari makanan apalagi, deket banget.

Hari ini agenda kami nggak muluk-muluk, pokoknya mau makan bakmie jogja, kata suami. Baiklah, aku rekomendasikan bakmi Mbah Gito, walau udah tau ngantrinya luar biasa. Tapi kapan lagi kan, mumpung ke Jogja ini.

Sebelum cabs ke bakmi Mbah Gito, kami mampir dulu ke Tempo Gelato. Tempat makan eskrim yang udah pasti aku kunjungi kalo ke Jogja :9


Kalap beli cup yang buesar, dan ternyata Rizki ngga seberapa doyan eskrim, wkwkwk. Jadilah kami cuma berhasil ngabisin 3/4 eskrimnya. Kami lanjut mampir dulu ke alun-alun Kidul. Rizki penasaran pengen coba lewatin 2 beringin kembar. Doi ngga percaya kalo sebelum jalan kudu diputer-puter dulu badannya. Sebenernya udah hampir berhasil, tapi dia ngga percaya tiap aku arahin, hahaha. Dan malu-malu dilihatin orang, padahal yang nyobain kan ngga cuma dia doang.



Sebelum bener-bener cabs ke Mbah Gito, kami menyempatkan diri beli jajanan favorit, apa lagi kalau bukan telor gulung, wkwk. Kami makan sambil duduk di pinggir alun-alun. Ada hal menarik di salah satu sisi alun-alun. Kami melihat beberapa anak usia sekolah yang duduk melingkari seorang mbah-mbah perempuan, mereka seperti sedang wawancara. Rizki yang penasaran langsung ikut menghampiri, ngobrol lah dia sama salah satu anak laki-laki. Ternyata benar masih anak sekolah, ada tugas wawancara gitu. Selesai wawancara, mereka ngasih mbah itu sekotak martabak manis alias terang bulan. Entah Rizki hatinya lagi mellow atau gimana, dia nyamperin mbah dan ngasih something. Di luar dugaan, si Mbah malah nawarin terang bulan itu ke Rizki. Masya Allah yaa, memang kita ngga perlu kaya dulu untuk bisa memberi. Asli terharu. Sebagai orang yang terbiasa dengan kerasnya Jakarta, kelembutan hati si Mbah bener-bener barang langka yang nggak mudah dijumpa.


Sesampainya di Mbah Gito, seperti biasa, ramainya luar biasa. Waiting list nggak seberapa panjang, cuma mas pelayannya udah bilang kalau mungkin makanan harus ditunggu ready nya selama 2 jam. Ya tapi karena nggak tau kapan lagi bisa ke sana, kami iyain aja. Benar, nggak lama kami langsung dapat duduk di dalam, cuma ya itu, nunggu makanannya lama. Tapi alhamdulillah nggak sampai 2 jam, perut kami udah terisi penuh, hehe.

Hari ini ditutup dengan nikmatnya bakmi Jogja, besok agendanya adalah belanjaaaaa, yeaaayy :D

Jumat, 2 Agustus 2019

Yak, ini adalah hari terakhir kami honeymoon, hiks, kembali ke kehidupan nyata. Setelah sarapan, kami langsung cabs ke Pasar Beringharjo. As usual beli bebatikan, dan nyari blangkon mini buat Zhafran si gemes. Puas belanja, kami balik ke hotel. Rizki sholat Jumat, aku beres-beres persiapan check out.

Rizki balik dari sholat Jumat, udah beres semua, kami check out dari hotel, lalu menuju ke stasiun untuk nitipin barang-barang. Siang ini, sebagai agenda penutup, kami berencana pergi ke Parangtritis. Aku belum pernah ke sana, walau ke Jogja udah berkali-kali banyaknya. Setelah urusan titip menitip barang sudah beres, kami cabs makan siang dulu di Spesial Sambel, wkwkwk. Tempat favorit, walau nunggu makanannya lumayan lama. Akhirnya, hampir jam 3 sore, kami baru bisa jalan ke Parangtritis.


Perjalanan ke Parangtritis membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Sebenernya deg-degan juga nih keburu atau nggak waktunya. Waktu menunjukkan pukul 4 sore ketika kaki kami menjejak pasir Pantai Parangtritis. Sensasi yang berbeda, melihat hamparan lautan biru yang berpadu dengan pasir berwarna legam, dan ombak yang bergulung-gulung di kejauhan. Hembusan angin yang lumayan kencang agak bikin belibet sama kerudung. Tapi aku tetap happyyyyy sekali bisa main ke pantai lagi sejak terakhir ke Labuan Bajo tahun lalu <3




Kami nggak sempat nungguin sampai sunset, takut ketinggalan kereta. Akhirnya jam 5 sore kami cabs balik ke Jogja. Jam 8 malam, kereta membawa kami ke Jakarta, petualangan Magelang - Jogja sudah sampai di ujungnya.

Alhamdulillah, akhirnya pergi ke salah satu kota kesayangan ini bersama suami tercinta. Insya Allah masih banyak tempat-tempat yang akan kita kunjungi berdua, masih akan jauh langkah-langkah kaki ini kita jejakkan beriringan, dan masih panjang waktu-waktu yang kita habiskan untuk bergandengan tangan.

I love you, mas suamayyy.. selamat menempuh petualangan terpanjang sebagai keluarga :)