Peningkatan Suhu Ekstrem yang Melanda Indonesia
Masih ingat beberapa waktu lalu ada berita
tentang peningkatan suhu ekstrem di Indonesia? Ciputat didapuk sebagai kota
terpanas dengan suhu harian 37,2 derajat Celcius. Suhu yang lebih panas dari
biasanya ini salah satunya diakibatkan oleh gelombang panas atau heat wave. Nah,
ternyata, peluang terjadinya heat wave ini diprediksi menjadi 30x lebih sering,
karena adanya tren pemanasan global dan perubahan iklim. Dalam jangka panjang,
terjadinya gelombang panas ini berisiko menyebabkan banyak masalah kesehatan
seperti dehidrasi, penyakit pernapasan, gangguan mental, sampai yang paling
fatal dan mengakibatkan kematian seperti heat stroke. Ya ampun, ngeri banget
nggak sih?! Itu baru dampaknya untuk kesehatan, belum lagi dampak untuk sektor
pertanian yang bisa mengakibatkan kekeringan, gagal panen, hingga kebakaran
hutan. Di Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris ini, kekeringan juga
bisa berakibat pada sektor perekonomian.
Salah satu penyumbang terbesar terjadinya
perubahan iklim dan pemanasan global adalah emisi karbon. Apa itu emisi karbon?
Emisi karbon adalah pelepasan karbon ke atmosfer, yang berasal dari gas yang
dihasilkan dari pembakaran senyawa yang mengandung karbon seperti CO2, solar,
LPG, dan bahan bakar lainnya. Contohnya nih, penggunaan bahan bakar fosil untuk
menjalankan kegiatan industri manufaktur, jasa transportasi sehari-hari, dan
bahkan penggunaan alat elektronik juga turut andil melepaskan gas karbon ke
udara. Belum lagi ada fakta baru bahwa menurut data yang diterbitkan dalam
Journal of Cleaner Production, di era digital saat ini, karbondioksida juga
dihasilkan dari produk digital melalui infrastruktur pusat data dan jaringan
telekomunikasi yang kita gunakan sehari-hari, salah satunya electronic mail
atau e-mail.
Bagaimana E-Mail Berkontribusi Terhadap Emisi Karbon?
Menurut data yang dihimpun dari We Are Social,
jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 212,9 juta
orang. Jumlah ini meningkat signifikan sebanyak 251% dalam 10 tahun, jika
dibandingkan dengan tahun 2013 dimana pengguna internet di Indonesia masih
menyentuh angka 60,6 juta orang.
source: katadata.id/We Are Social |
Dari angka tersebut, diasumsikan semua pengguna internet juga memiliki E-Mail dan menggunakannya secara aktif. Maka sebanyak 212,9 juta orang ini juga menghasilkan CO2 secara tidak langsung, melalui layanan penyimpanan data yang mengumpulkan seluruh e-mail, dan menjalankan berbagai aktivitas di internet. Di mana selama ini kita tahu bahwa segala kegiatan yang dijalankan dengan internet memerlukan energi listrik yang sebagian besar dihasilkan melalui bahan bakar fosil.
#UntukmuBumiku, Kuberikan Satu Klik Untuk Masa Depanmu
Menurut The Good Planet, 500 e-mail tak terbaca
yang dihapus oleh penggunanya, dapat mengurangi 175 gram karbondioksida. Hal ini
berarti satu e-mail berkontribusi sebanyak 0,3 gram CO2. Kelihatan tidak
signifikan? Oke, mari kita kalikan angka ini dengan 212,9 juta pengguna e-mail
di Indonesia yang kompak menghapus 10 e-mail saja dalam satu hari, maka kita
sudah berhasil mengurangi karbondioksida sebanyak 638.700.000 gram atau 638,7
ton. Wow!
Lebih lanjut lagi, masih menurut perhitungan
dari The Good Planet, diasumsikan kapasitas penyimpanan sebesar 1GB e-mail atau
1.000 e-mail mengonsumsi 32 kWh listrik. Hal ini berarti, jika semua pengguna
e-mail di Indonesia menghapus 100 e-mail dari kotak masuknya, bisa mengurangi
beban saving capacity sebesar 21,29 miliar GB atau setara dengan konsumsi
listrik sebesar 681.280.000 kWh.
source: katadata.id/Kementerian ESDM |
Menurut data dari Kementerian ESDM, rata-rata konsumsi listrik penduduk Indonesia adalah 1.173 kWh per tahun. Yuk, kita sandingkan lagi angka ini dengan konsumsi listrik yang bisa dihemat dari menghapus e-mail yakni sebesar 681.280.000 kWh, berartiiii setara dengan daya listrik yang digunakan 580.801 penduduk Indonesia dalam 1 tahun! Jumlah yang fantastis ya, mengingat energi sebesar itu bisa dialokasikan untuk menyokong penduduk di beberapa lokasi di Indonesia yang listriknya masih belum menyala 24 jam.
Andai Aku Pemegang Kebijakan, Aku Akan….
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
memberikan angin segar di tahun 2022 dengan capaian penurunan emisi karbon
sebesar 91,5 juta ton. Penurunan itu merupakan hasil dari penerapan
implementasi kebijakan energi baru terbarukan, efisiensi energi, penerapan
bahan bakar rendah karbon, dan penggunaan teknologi pembangkit bersih. Dalam rangka
menjaga kenaikan suhu global, Indonesia juga telah berkontribusi dengan
menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution menjadi 32% atau
setara dengan 912 juta ton CO2 pada tahun 2030. Dari sini bisa kita lihat bahwa
Pemerintah Indonesia sudah memandang dan menangani masalah emisi karbon ini
dengan serius.
Kesimpulan
Dari ulasan di atas, bisa diambil kesimpulan
bahwa ternyata ada lho, cara yang sangat simple, yang bisa dilakukan untuk
berperan dalam upaya mengurangi emisi karbon dan menanggulangi perubahan iklim
maupun pemanasan global. Jadi, yuk, buruan cek kotak masuk e-mail kita. Apalagi
di kotak spam, mungkin banyak meluber e-mail tidak terbaca yang teronggok
begitu saja. Dari berjam-jam yang kita habiskan untuk menjelajah internet, paling
hanya butuh menyisihkan waktu lima menit untuk klik klik hapus e-mail yang
nggak penting lagi. Tunggu apa lagi, yuk mulai #BersamaBergerakBerdaya lewat menghapus satu e-mail, untuk bumi kita
yang lebih baik. Nah, kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh
dong tulis di kolom komentar ya!
Referensi:
https://lindungihutan.com/blog/emisi-karbon/
https://dataindonesia.id/digital/detail/pengguna-internet-di-indonesia-sentuh-212-juta-pada-2023
https://dataindonesia.id/varia/detail/penurunan-emisi-karbon-indonesia-capai-91-5-juta-ton-pada-2022
0 komentar:
Posting Komentar